![]() |
Wedakarna MWS III Bersama Ida Cokorda Nindia di Puri Peliatan |
LOKKOLEDO-- Selama ini banyak diketahui bahwa banyak Penglingsir atau Sesepuh di Bali ini yang masih belum legowo terhadap adanya kepemimpinan pemuda. Hal ini dirasakan benar oleh tokoh Nararya Dalem Benculuk Tegeh Kori, Dr. Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna Mahendradatta Wedasteraputra Suyasa III. Ia merasakan, dengan berbagai macam gelar termuda yang dicapainya, tantangan terberat justru didapatkan dari orang – orang tua di Bali dan hal ini membuat ia menjadi khawatir dengan proses kaderisasi pemuda Bali lainnya. Ini disampaikan oleh Gusti Wedakarna saat bertemu dengan Cokorda Nindia di Puri Peliatan menjelang Pelebon AA Istri Muter.
“Saya ini doktor termuda, pernah jadi rektor termuda, dan sekarang senator termuda. Dan semua jalannya berat ya, harus struggle benar. Juga Saya sampaikan kepada Kakanda Cok Nindia, bahwa jika mentalitas para orang tua atau penglingsir di Bali ini masih mengedepankan rasa iri hati, suriak siu dan sifat dengki, maka Bali ini tidak akan bisa maju. Sejarah Bali sudah menunjukkan hal itu, bagaimana kepemimpinan muda dan tua selalu berebut panggung. Sudah sejak zaman raja – raja ini semua terjadi. Lihat saja leluhur kami, Ida Betara Dalem Tegeh Kori, yang diusia muda sudah harus diusir secara halus oleh ayahnya sendiri yang Raja Bali Sri Aji Kresna Kepakisan, begitu juga saat kedharmaputra ke Tabanan, juga menjadi sasaran iri hati sampai akhirnya menuju Danu Batur. Sampai akhirnya Ida Dewi Danu ( Gangga ) memberi restu untuk membayar jengah menjadi Raja di Badung. Raja yang diangkat oleh rakyat, kaum pasek dan bendesa di Tonja pada zamannya. Semua tercatat dalam Babad Tegeh Kori. Dan itu saya rasakan sendiri dizaman kemerdekaan ini. Hampir sama dengan Bung Karno yang waktu muda diragukan, dicampakkan dan dicaci maki. Tapi ada kesamaan antara tokoh pahlawan diatas yakni keberanian untuk membuat sejarah sendiri, berdikari dan menegakkan kepala untuk nama baik Bali dan Hindu. “ungkap Gusti Wedakarna.
Iapun meminta agar kalangan tua di Bali mulai memberi hal positif bagi perkembangan pemuda pemudi di Bali.
"Syukurnya saya ini keras kepala. Sehingga bisa manajemen kontra menjadi energi positif dan api semangat berjuang. Lalu bagaimana dengan nasib anak muda lainnya ? Saya banyak menemui anak muda di Bali, baru mencoba menjadi pemimpin tapi sudah dijegal, dijatuhkan dengan kata – kata jahat, tuduhan tidak beretika dan juga cibiran yang datang dari orang orang tua di Bali. Dan akhirnya mereka jatuh dan menjadi warih yang cari selamat saja. Saya minta, agar kaum tua di Bali untuk menyudahi hal – hal kontra pada perjuangan para pemuda Bali. Salah satunya masalah reklamasi misalnya, justru banyak orang tua yang tidak terima terhadap gerakan anak muda. Tugas saya mengingatkan, jika tidak mau berubah nanti akan dilibas oleh sejarah. Banyak yang lupa dengan ajaran Tri Kaya Parisudha. Bersyukur ada tokoh seperti cok nindia yang menjadi panutan bagi kami anak – anak muda. Berjayalah Puri Peliatan," ungkap Gusti Wedakarna.
0 Response to "Wedakarna Kwatir Masih Banyak Sesepuh di Bali Suka Jatuhkan Pemimpin Muda Karna Iri"
Post a Comment