![]() |
Celana Dalam |
NEWS-- Seseorang yang masuk Islam gara-gara celana dalam. Fakta ini dikisahkan oleh DOktor Sholeh, seorang pengahar di sebuah perguruan tinggi Islam di Saudi, saat ditugaskan ke Inggris. Ada seorang perempuan tua yang biasa mencuci pakaian para mahasiswa Inggris, termasuk pakaian dalam mereka.
Wanita ini sudah tua renta, pegawai rendahan, dan hidup sendirian. Dia selalu membawa kantong plastik berukuran besar yang terisi penuh dengan pakaian kotor. Untuk pekerjaan kasar seperti ini, ia terbilang cekatan di usianya yang sudah uzur. Wanita baya itu lebih suka dipanggil auntie atau bibi. Dia sudah bekerja sebagai petugas laundry hampir separuh usianya.
Beruntung baginya masih ada instansi yang bersedia mempekerjakan para manula. "Aku merasa dihargai meski sudah tua. Lagi pula, orang-orang seperti aku ini sudah tidak ada yang mengurus, kalau bukan diri sendiri. Anak-anakku sudah menikah dan tinggal bersama keluarga mereka masing-masih. Suamiku sudah meninggal. Walaupun anak-anak suka menjenguk, tapi aku tetap ingin punya kegiatan sendiri untuk mengisi masa tua," ujarnya.
"Bukan untuk kerja yang berat memang, tapi setidaknya, selain menambah penghasilan juga mengisi hari tua. Mungkin itu lebih baik daripada harus tinggal diam di panti jompo." Sambungnya.
Kendati demikian, bisa dibayangkan, jika salah satu sisi negatif pergaulan di Inggris adalah mabuk. Dapat dibayangkan kekacauan yang terjadi jika seseorang sudah mabuk. Ia bisa muntah di sembarang tempat, kencing dalam celana, dan sebagainya.
Ketika pagi mulai datang, Bibi mulai memunguti pakaian kotor para ank asrama setiap hari. Kemudian, pakaian itu disortir dengan teliti satu per satu berdasarkan jenis bahan, ukuran, warna, dan lebih spesifik lagi dipisahkannya pakaian dalam dari pakaian yang lain. Begitulah pekerjaan rutin itu dilakukannya dengan penuh dedikasi tinggi walau di ujung yang semakin menua.
Waktuyang dilalui BIBI terus berjalan dari hari kemari. Hingga Suatu ketika, asrama kedatangan penghuni baru, yaitu beberapa mahasiwa muslim dari Timur Tengah yang mendapat tugas belajar dari negaranya. Mereka menempati salah satu kamar di asrama tersebut. Tinggal di asrama merupakan cara terbaik untuk bertemu orang-orang baru dan menjalin persahabatan yang langgeng. Inilah salah satu pertimbangan mereka memilih tinggal di asrama. Kesadaran inilah yang menepis kekhawatiran akan terjadinya gagap budaya atau cultural shock.
Hari-hari terus berlalu, tampak Bibi betul-betul perhatian terhadap cuciannya. Sampai-sampai dia tahu pakaian si A, si B, dan seterusnya. Tidak terkecuali dengna pakaian kotor milik mahasiswa dari Timur Tengah. Namun, saat menyortir pakaian dalam, Bibi merasa ada sesuatu yang tidak biasa, karena dari semua pakaian yang dicucinya, hanya pakaian muslim Arab yang terlihat tidak kotor, tidak berbau, tidak kumuh, dan tidak banyak noda di pakaianya. Kejadian langka ini semakin mendorong rasa penasra Bibi. Lagi-lagi, ia merasa aneh saat mencui celana dalam mereaka. Berbeda dengan yang lain, pakaian dalam mereka selalu tak berbau.
Maka, masih dalam keadaaan penasaran, Bibi memutuskan bertanya langsung kepada pemilik celana dalam. Saat ditanya, mahasiswa muslim tersebut menjawab "Kami selalu istinja setiap kali kencing" Bibi bertanya lagi, "Apakah itu diajarkandalam agamamu?"
"Ya!"
Merasa belum yakin seratus persen dengan jawaban itu, akhirnya Bibi menemui salah seorang tokoh muslim, yaitu Doktor Sholeh. Wanita tua ini menceritakan keheranannya tentang pakaian dalam yang "aneh". Ada beberapa pakaian dalam yang tidak berbau seperti kebanyakan mahasiswa pada umumnya. Bibi menanyakan penyebabnya. Doktor sholeh menceritakan karena pemiliknya adalah muslim, dan agama Islam mengajarkan bersuci setiap selesai buai air kecil maupu buang air besar.
Betapa terkesan dsi Bibi mendengan penjelasan tersebut. Jika untuk hal yang kecil saja Islam memperhatikan, apalagi untuk hal yang besar. Tidak lama kemudian, ia mengikrarkan syahadat, masuk Islam dengan perantara pakaian dalam. Tidak disangka, ternyata diam-diam si tukang cuci masuk Islam, sehingga gemparlah para mahasiswa yang tinggal di asrama tersebut, yang kebanyakan adalah nonmuslim. Mereka berusaha mencari tahu sebab si Bibi masuk Islam. Dia menjawab dengan yakin bahwa dirinya sangat kagum terhadap mahasiswa muslim di asrama tersebut.
Memalukan
ReplyDelete