8 Fakta Wisuda Perguruan Tinggi Abal-abal Digrebek Kemenristek Dikti di Tangsel

Wisuda Abal-abal
LOKKOLEDO-- Wisuda bodong yang berlangsung di Pondok Cabe, Tangerang Selatan, digrebek Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.

"Wisuda ini digerebek karena kampusnya melakukan proses pembelajaran yang tidak benar. Kampus sudah nonaktif, tapi melakukan wisuda," kata Menristek Dikti M Nasir kepada detikcom, Minggu (20/9) malam.

Salah satu mahasiswi yang mengikuti proses wisuda perguruan tinggi swasta abal-abal membantah bahwa dirinya tak pernah mengikuti proses pembelajaran seperti yang ditudingkan Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
Dia mengaku sudah empat tahun mengikuti proses pembelajaran. "Di Subang saya kuliah di Yayasan Insani, pokoknya kita ikut pembelajaran di sana di bawah Yayasan Aldian Nusantara. Saya kuliah selama empat tahun, delapan semester, dan mendapat 144 SKS," jelas dia seusai mengikuti wisuda di gedung Universitas Terbuka, Sabtu, 19 September 2015.

Lebih lanjut dia mengatakan bahwa proses pembelajaran biasanya dilakukan pada Sabtu dan Ahad. Sang dosen, menurut dia, selalu hadir untuk melakukan pembelajaran secara tatap muka. Namun, perempuan 22 tahun itu malu-malu menyebutkan secara jelas nama perguruan tinggi swasta tempatnya belajar.

Demikian juga saat ditanyakan mata kuliah yang menjadi favoritnya. Ia juga tidak jelas menyebutkannya, bahkan ia tidak tahu nama mata kuliah yang ia sebutkan itu mempelajari tentang apa. "Apa yah, banyak deh pokoknya, yang lain saja deh pertanyaannya," ungkapnya.

Sebelumnya Tim Evaluasi Kinerja Akademik Perguruan Tinggi Kementerian Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi menemukan wisuda ilegal yang diadakan oleh Yayasan Aldian Nusantara pada Sabtu kemarin. Supriadi Rustad, Ketua Tim, mengatakan bahwa acara wisuda yang dilakukan Yayasan Aldiana Nusantara itu tanpa izin dari Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) dan tidak melapor ke pangkalan data pendidikan tinggi.

Wisuda yang ilegal itu diikuti Sekolah Tinggi Teknologi (STT) Telematika, Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT), Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Ganesha serta Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Suluh Bangsa.

"Dari STT Telematika 295 peserta, STKIP Suluh Bangsa 293 peserta, STIT Tangerang Raya 150 peserta, sehingga total peserta wisuda 738. Jumlah yang diwisuda sama yang hadir berbeda, yang hadir pada hari wisuda ternyata ada 978 peserta," ujar dia.

Diketahui, sebelumnya tim evaluasi sudah menelusuri aktivitas pembelajaran jarak jauh kampus abal-abal ini. "Setelah ditelusuri ternyata tidak ada pembelajaran. Jadi seperti jual-beli ijazah. Ini pelanggaran," 

Supriadi mengatakan, Praktek jual-beli ijazah yang dilakukan kampus abal-abal ini sudah berlangsung selama tiga tahun. Tiap peserta umumnya dimintai bayaran hingga Rp 15 juta per orang untuk mengikuti wisuda dan mendapat ijazah.

Menurut dia, kejanggalan lain peserta wisuda tak tahu nama perguruan tinggi di mana mereka berkuliah. "Kami tanya, mereka tidak bisa menjawab dari kampus mana, hanya menunjuk spanduk acara saja,” jelas dia saat ditemui di lokasih.

Maka dari keterangan diatas kami simpulkan  8 fakta dibalik wisuda 4 Perguruan Tinggi abal-abal tersebut:

1. Modus wisuda abal-abal dan telah berlangsung tiga tahun. Yayasan Aldiana seolah-olah membuka kelas jarak jauh sampai ke luar Jawa, namun tidak ada proses belajar mengajar. Peserta langsung datang ke Jakarta untuk wisuda. Acara wisuda abal-abal serupa telah dilaksanakan pada 9 September 2015 di gedung Manggala Wanabakti, Jakarta.

2. Tidak ada hubungan dengan Universitas Terbuka. Wisuda berlagsung di Universitas Terbuka Convention Centre (UTCC), Pondok Cabe, Jakarta Selatan. Rektor Universitas Terbuka, Tian Belawati, mengatakan wisuda ilegal tidak ada hubungannya dengan Universitas Terbuka. Mahasiswa yang diwisuda juga bukan mahasiswa Universitas Terbuka.

3. Kampus nonaktif tapi masih bisa melaksanakan wisuda. Tiga perguruan tinggi di bawah Yayasan Aldiana, yaitu Sekolah Tinggi Teknologi Telematika, Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Tangerang, dan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Suluh Bangsa. Menurut Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir, ketiga kampus itu sudah nonaktif dan perkuliahannya juga tidak jelas.

4. Peserta tak punya Nomor Induk Mahasiswa. Sebagian besar peserta wisuda tidak dicantumkan nomor induk mahasiswanya. Jumlah peserta wisuda juga tidak konsisten. Berdasarkan keterangan ketua panitia penyelenggara wisuda, Mulyana, jumlah peserta wisuda adalah 987 orang. Namun pada laporan ketua yayasan jumlah peserta adalah 700 orang.

5. Ada peserta wisuda yang tidak tahu mata kuliah. Mahasiswa yang mengikuti wisuda diduga tidak mengikuti kuliah sehingga tidak paham mata kuliah yang diikuti. "Mahasiswanya ini lucu. Harusnya kan tahu mata kuliahnya. Saat ditanya apa yang paling disenangi, jawabannya enggak ingat. Berarti kan tidak kuliah," kata Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, M Nasir seperti dikutip Detik.com.

6. Malu sebut nama kampus. Seorang peserta wisuda mengaku asal Subang dan mengikuti kuliah di Yayasan Insani selama empat tahun, delapan semester, dan 144 SKS. Kuliah, kata dia, berlangsung Sabtu dan Ahad, secara tatap muka. Namun, perempuan 22 tahun itu malu-malu menyebutkan secara jelas nama perguruan tinggi swasta tempatnya belajar.

7. Sindikat wisuda abal-abal. Sebelum kasus Yayasan Aldiana terungkap, Tim Evaluasi juga membongkar wisuda abal-abal di gedung Manggala Wanabakti Kementerian Kehutanan pada 9 September lalu. "Kampusnya beda, tapi masuk dalam satu jaringan sindikat dari beberapa perguruan tinggi," kata Ketua Tim Evaluasi Kinerja Akademik Perguruan Tinggi Supriadi Rustad. Wisuda yang diselenggarakan sebuah sekolah tinggi ekonomi itu diikuti 460 peserta, sebagian besar "mahasiswa" S-2.

8. Satu peserta wisuda membayar Rp 15 juta. Yayasan Aldiana membuka kelas jarak jauh di Jawa, Sulawesi Selatan, Papua, Maluku, dan Nusa Tenggara Timur. Namun tak ada proses belajar-mengajar. Untuk mengikuti wisuda, peserta kelas mesti datang ke Jakarta dan membayar Rp 15 juta.

Peserta wisudawan ilegal yang digarap mafia Perguruan Tinggi Swasta yang bernaung dibawah Yayasan Aldiana pimpinan Prof,DR Alimuddiin AlMurtala,MM,M.MPd ini, terdiri dari tukang kebun, kepala desa sampai guru-guru TK,SD,SMP,SMA.

“Proses wisudanya ilegal dan pesertanya kasihan sekali, mereka dari golongan masyarakat yang tidak tahu sehingga bisa bergabung dalam wisuda tersebut,” katanya.

Diketahui sebelumnya, STIA Yappan pada tgl 9 September telah mewisuda 460 0rang tak terdeteksi tapi kerja mafia pts dapat dijejaki dan dilaporkan terdapat kelahiran luwu 5 orang a.n Hadijah Gangka Salama, Sunarti, Normawati, Jumiati,Sangguni yang S2 tapi yang S1 banyak, kelahiran Buah, Balirejo,Walenrang,luwu, Seriti, Lalong, Batu Standuk,Sambirejo,Palopo, Batu Merah, Camba, Maros,Soppeng,dan lain-lain daerah Sulawesi yang tak dikenalnya. Umumnya S2 berasal dari STKIP COkroaminoto Palopo,UT,dll.

0 Response to "8 Fakta Wisuda Perguruan Tinggi Abal-abal Digrebek Kemenristek Dikti di Tangsel"

Post a Comment