Gubernur Jawa Timur Soekarwo |
LOKKOLEDO-- Dalam hal menghadapi ekonomi Indonesia yang mengalami perlambatan, Pemerintah diminta untuk mengantisipasi kenaikan harga pangan setelah nilar tukar Rupiah sempat menembus angka RP.14 ribu per dollar AS beberapa waktu lalu. Sebagai negara yang mengandalkan impor bahan pangan antara lain beras dan gula, anjloknya nilai tukar akan berimbas pada kenaikan harga bahan pokok.
Pengamat perbankan dan keuangan Yanuar Rizky mengatakan pemerintah harus membereskan manajemen logistik dan impor sebagai antisipasi jangka pendek, jika memang pemerintah ingin melakukan swasembada pangan dan energi alternatif harus dilakukan dengan pemberian insentif.
Dia menambahkan pemerintah juga harus menetapkan target dalam waktu enam bulan dapat dilakukan panen raya dan penggunaan energi alternatif. Selain itu, harus ada konsensus antara BI, Presiden dan DPR untuk melakukan operasi pasar yang berbeda.
"Tujuan BI agar intervensi valuta asing itu agar tidak terjadi inflasi, posisi rupiah saat ini Rp14.049 jika BI ingin menurunkan ke Rp13.700 turun ga? Itu kayak menggarami air laut dan balik lagi. Kenapa tidak diberikan konsensus politik presiden, BI dan DPR agar melakukan operasi pasar terbuka yang berbeda, dengan memberikan dolar yang murah untuk impor pangan dan energi. Jadi mereka beli dengan harga murah barang-barang tersebut," jelas Yanuar.
Dia menambahkan, pemerintah dan BI harus memeriksa apa yang menyebabkan rupiah melemah. Selain itu, menurut Yanuar, jika jangka pendek sudah dapat diatasi pemerintah juga harus menyiapkan alternatif jangka menengah dengan cara memberikan insentif pajak yang tepat untuk penyerapan lapangan kerja, untuk energi alternatif dan ketahanan pangan.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo meminta agar para eksportir untuk melepas valuta asing untuk mencegah tekanan terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Nilai rupiah pada penutupan pasar Senin sore menembus angka Rp14.049 per dolar AS, terendah sejak Juli 1998.
Seperti diberitakan media, Agus mengatakan pelepasan valuta asing diharapkan dapat menyeimbangkan pengeluaran dan permintaan seimbang dan mencegah rupiah tertekan lebih dalam. BI juga membatasi pembelian valuta asing menjadi 25.000 dollar AS dari 100.000 dollar AS untuk transaksi tanpa underlying atau keperluan tertentu.
Menanggapi, permintaan Bank Indonesia terhadap pengusaha untuk melepas dollar, Yanuar mengatakan terlalu normatif apalagi persoalan ekonomi ini sudah dapat diperkirakan dari dampak uang banyaknya dollar yang beredar karena Indonesia merupakan negara importir. Termasuk untuk kebutuhan pangan, seperti beras dan gula.
Pengamat perbankan dan keuangan Yanuar Rizky mengatakan pemerintah harus membereskan manajemen logistik dan impor sebagai antisipasi jangka pendek, jika memang pemerintah ingin melakukan swasembada pangan dan energi alternatif harus dilakukan dengan pemberian insentif.
Dia menambahkan pemerintah juga harus menetapkan target dalam waktu enam bulan dapat dilakukan panen raya dan penggunaan energi alternatif. Selain itu, harus ada konsensus antara BI, Presiden dan DPR untuk melakukan operasi pasar yang berbeda.
"Tujuan BI agar intervensi valuta asing itu agar tidak terjadi inflasi, posisi rupiah saat ini Rp14.049 jika BI ingin menurunkan ke Rp13.700 turun ga? Itu kayak menggarami air laut dan balik lagi. Kenapa tidak diberikan konsensus politik presiden, BI dan DPR agar melakukan operasi pasar terbuka yang berbeda, dengan memberikan dolar yang murah untuk impor pangan dan energi. Jadi mereka beli dengan harga murah barang-barang tersebut," jelas Yanuar.
Dia menambahkan, pemerintah dan BI harus memeriksa apa yang menyebabkan rupiah melemah. Selain itu, menurut Yanuar, jika jangka pendek sudah dapat diatasi pemerintah juga harus menyiapkan alternatif jangka menengah dengan cara memberikan insentif pajak yang tepat untuk penyerapan lapangan kerja, untuk energi alternatif dan ketahanan pangan.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo meminta agar para eksportir untuk melepas valuta asing untuk mencegah tekanan terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Nilai rupiah pada penutupan pasar Senin sore menembus angka Rp14.049 per dolar AS, terendah sejak Juli 1998.
Seperti diberitakan media, Agus mengatakan pelepasan valuta asing diharapkan dapat menyeimbangkan pengeluaran dan permintaan seimbang dan mencegah rupiah tertekan lebih dalam. BI juga membatasi pembelian valuta asing menjadi 25.000 dollar AS dari 100.000 dollar AS untuk transaksi tanpa underlying atau keperluan tertentu.
Menanggapi, permintaan Bank Indonesia terhadap pengusaha untuk melepas dollar, Yanuar mengatakan terlalu normatif apalagi persoalan ekonomi ini sudah dapat diperkirakan dari dampak uang banyaknya dollar yang beredar karena Indonesia merupakan negara importir. Termasuk untuk kebutuhan pangan, seperti beras dan gula.
Kendati ada usaha BI seperti itu, Gubernur Jawa Timur, Soekarwo memiliki cara tersendiri untuk menghambat terjadinya krisis ekonomi di daeranya. Pria yang lasim disapa Pakde Karwo itu, membuat skema pembiayaan untuk mengangkat UMKM di Jatim ditengah kondisi ekonomi.
Pasalnya dengan skema tersebut diharap dapat mengurangi beban terhadap masyarakatnya. Adapun skema tersebut yakni:
Skema pembiayaan untuk mengangkat UMKM di Jatim |
0 Response to "Skema Pembiayaan UMKM Jatim Ditengah Ekonomi Melemah"
Post a Comment