Mahasiswa STAH DNJ Gelar Lomba Ngelawar

Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAH) Dharma Nusantara Jakarta, mengadakan acara lomba Ngelawar,
LOKKOLEDO-- Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAH) Dharma Nusantara Jakarta, mengadakan acara lomba Ngelawar, Jumat 25 Maret 2016. Acara ini digelar dalam rangka dharma shanti melestarikan budaya kuliner Ngelawar, dengan tema “Memadukan Rasa Melestarikan Budaya”. Lomba ini bertujuan untuk meningkatkan silaturahmi antara dosen dan mahasiswa beserta segenap Civitas Akademika.

Hadir dalam acara ini yakni ketua STAH DNJ Prof.Dr I Made Kartika D., Dipl. –Ing., Prof. Dr. I Ketu Oka Setiawan, para dosen STAH DNJ dan puluhan Mahasiswa. Dalam sambutanya, Prof Made mengatakan, dirinya sangat mengapresiasi kinerja dari para mahasiswa khususnya terhadap Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Sebab acara Ngelawar ini, merupakan yang pertama kalinya sejak berdirinya STAH DNJ. Selain itu, dengan adanya lomba seperti ini, mahasiswa juga bisa belajar mencintai dan mengharumkan budaya Indonesia.

“Lomba ini merupakan pertama kalinya sejak berdirinya STAH. Tadi diajarkan pegang belakas (golok), jadi anda (mahasiswa) tidak hanya diajarkan agama di STAH. Tetapi bagaimana anda mencintai budaya Indonesia. Ngelawar merupakan salah satu budaya orang Bali, begitupun Jawa. Jadi orang Bali tampa ngelawar bukan orang Bali,” kata Prof Made dalam sambutanya.

Seperti diketahui, Kegiatan Ngelawar, dimulai sejak pukul 08.00 pagi dengan peserta 5 kelompok. Lonceng berbunyi tanda kegiatan telah demulai. Dengan penuh antusias, para peserta segera mengola bahan dengan cepat. Astungkara, setelah hampir dua jam, para peserta dapat menyelesaikan semua tugas. Hal ini dikarenakan kerja sama yang sudah tertanam dalam setiap diri mahasiswa akan tanggung jawab setiap kerjaannya.

Hasil Lawar Mahasiswa STAH
Setelah selesai, giliran para juri untuk menilai hasil karya Lawar. Alhasil, berdasarkan kesimpulan para juri, juara pertama jatuh pada kelompok satu (1) dengan nilai skor total 1260, kemudian juara kedua didapat kelompok lima (5) dengan nilai 1130 dan juara  terakhir kelompok empat (4) dengan nilai 1080. Usai penerimaan penghargaan, dilansutkan dengan makan bersama dan diakhiri penutupan dengan tanda salam pramashanti om santi santi santi om.

Cerita Singkat Tentang Lawar

Seperti kita ketahui lawar adalah masakan khas Bali yang umumnya terbuat dari parutan kelapa yang dicampur dengan daging cincang (babi atau ayam atau penyu), bumbu Bali, dan tentunya darah setengah matang. Lawar merupakan masakan yang wajib ada dalam setiap kegiatan pesta adat masyarakat Bali. Karena tampa lawar masakan yang disajikan kurang lengkap. Selain enak, lawar merupakan masakan tradisional Bali ternyata memiliki filosofi tersendiri. Lawar mengandung makna keharmonisan dan keseimbanngan.

Hal ini dapat kita lihat dari bahan-bahannya seperti darah memiliki warna merah yang merupakan symbol Dewa Brahman di selatan. Kemudian parutan kelapa yang berwarna putih yang melambangkan dewa Iswara di Timur, Kemudian bumbu-bumbu seperti kuning yang merupakan simbil dewa Mahadewa di barat dan terasi yang berwarna hitam melambangkan Dewa Wisnu di utara. Dengan adanya empat warna dan arah mata angina tersebut melambangkan keseimbangan alam semesta.

Dosen STAH saat memberi Nilai
Tak hanya itu, dengan adanya bahan-bahan yang rasa manis seperti kelapa, asin (garam), pahit (buah limo), pedas (bumbu), amis (darah), asam dan bau busuk (terasi) jika kita mampu meraciknya dengan tepat akan menghasilkan rasa yang nikmat.  Dengan pembuatanya yang harus memerlukan banyak tenaga, masyarakat bali memanfaatkan kerabat dekatanya seehingga pembuatanya beramai-ramai. Karena makanan yang dibuat namanya lawar, maka proses pembuatanya dinamakan Ngelawar.

Hal ini merupakan fillosofi bagi seorang pemimpin dalam mengoptimalkan potensi-potensi rakyatnya yang berbeda-beda sehingga bias menciptakan kerharmonisa. Filosofi yang sering diutak-atik di Bali tentang makna “Kosong” dan “Penuh”. Kosong ucap diberi arti tentang keheningan, bukan berarti kenestapaan, Kosong, nol, bukan hampa, sering dianggap sebagai sesuatu yang tertinggi paling mulia, luhur dan maha luas. Hanya mereka yang kenyang pengalaman hidup, pernah mengalami yang paling tinggi, bias bertemu dengan kosong. Mereka yang sudah pernah penuh, baru kemudian bias menikmati kosong.

Hakikat kosong dan penuh ini lazim menjadi pembicaraan ketika Hari Raya Nyepi. Orang-orang berdebat tentang ujung dan awal tahun yang meriah penuh, henig, kosong. Penuh dan kosong dihayati sebagai sebuah siklus, mata rantai tak pernah putus. Orang-orang yang sangat menikmati kemeriahan penuh hiruk-pikuk pengerupukan sehari-hari menjelang Nyepi, karena mereka yakin besok pasti bersuara kosong.

Filosofi Lawar Moksa

Lawar Moksa adalah gambaran tentang Panca Sraddha yakni kita sebagai umat Hindu meyakini keyakinan tersebut. Tampilan atau bentuk dari lawar moksa juga  menggambarkan sebuah gunung yang menjulang tinggi menembus awan biru. Kemudian jika kita kaitkan dengan panca Sraddha maka manusia berusaha denngan sekuat tenaga, memperbaiki karma buruknya sehingga dapat mencapai puncak gunungnya tersebut. Apabila atman sudah mampu melepaskan keterikatannya dengan duniawi maka ia akan mencapai kebagahiaan tertinggi yakni “ Moksartam Jagatdita Ya Ca Iti Dharma.

Kemudian soal rasa, pada saat seseorang menikmati lawar Lawar moksa akan menggunakan indra pengecapnya dengan sempurna maka ia akan merasakan kebahagiaan yang sempurna. Karena lawar penuh cinta kasih. Niscaya dengan hal tersebut terciptalah kesempurnaan rasa pada lawar Moksa ini.



0 Response to "Mahasiswa STAH DNJ Gelar Lomba Ngelawar"

Post a Comment