Kisah Cinta Pria Papua Berunjuk Pada Penipuan

Ilustrasi
MAKASSAR-- Absalom (29), dia bukan pria sembarangan. Demi cinta, Absalom meninggalkan kampung halamannya, Sabiat, Kecamatan Kemtuk, Kabupaten Jayapura. Absalom terbang dari Papua ke Makassar demi cinta.

Asa Absalom pupus di Jeneponto. Gadis pujaan hati yang dikejar dari Papua “menghilang” di kerumuman orang di Pasar Jeneponto.

Wanita yang mengaku bernama Ayu itu mencampakkan Absalom di pinggir jalan setelah mengambil telepon genggam dan uang bekal si pemuda Papua sebanyak Rp 500 ribu.

Absalom merana. Hatinya hancur, jiwanya pilu. Mau segera berlari meninggalkan Jeneponto kembali ke Papua, apa daya uang tiket belum ada.

Kini Absalom meratapi nasib di Mapolres Jeneponto. Sudah empat hari, Senin (11/7), Absalom sebatangkara di kantor polisi, tempat dia mengadukan nasib setelah tertipu wanita pujaan hati.

Absalom hidup di Sabiat bersama kedua orangtuanya. Belum ada pekerjaan tetap yang digeluti Absalom.

Sehari-hari dia hanya kerja serabutan. Kadang dia jadi pengojek, kadang ikut ayah menebang pohon di hutan untuk keperluan usaha kayu milik orangtuanya.

Awal Juni lalu, Absalom baru saja dari hutan membantu ayah menebang pohon. Dia terbaring di rumah.

Tiba-tiba telepon genggamnya berdering. Absalom menatap sejenak sederet angka di layar ponsel.

“Tidak ada namanya, ini nomor baru,” Absalom membatin sebelum memecet ‘tombol hijau’.

“Halo, ini siapakah?” kata Absalom.

“Halo dengan siapa ini?” terdengar suara lembut di telinga Absalom. Jantung Absalom berdebar

“Saya Absalom di Papua. Ini siapakah?” kata Absalom.

“Oh, maaf, salah sambung,” kata wanita di balik telepon.

“Tidak apa-apa. Tapi boleh tahu namakah?” kata Absalom

“Saya Ayu, dari Makassar. Maaf, saya salah sambung,” kata wanita itu.

Debar di dada Absalom semakin kencang mendengar nama “Ayu”. Angannya melambung tinggi.

“Tidak apa-apa, tapi boleh kenalkah?” kata Absalom.

“Boleh, saya Ayu tinggal di Makassar. Oke, sudah dulu yah, lain kali saya telepon lagi,” kata si wanita, lalu menutup telepon.

Jantung Absalom masih berdebar. Sesungging senyum di bibir mengiringi jemarinya mengetik nama Ayu di ponsel.

Esoknya, Ayu menelepon lagi. Kedua insan itu semakin akrab. Ayu semakin sering menelepon Absalom disertai “kalimat manja”. Jantung Absalom semakin berdebar membayangkan si Ayu.

Janjian Ketemu

Dua insan yang dipisah oleh Laut Banda dan Laut Arafura itu semakin mesra di udara. Cinta keduanya bersemi di sambungan telepon jarak jauh.

Menjelang Idulfitri, Ayu menelepon lagi Absalom. “Bisa nggak kita ketemu. Gak asyik kalau hanya lewat telepon terus,” kata Ayu.

“Boleh, siapa takut. Justeru saya yang mau tanya, apa boleh saya ketemukah?” kata Absalom.

“Hi...hi..., asyik dong,” suara tawa Ayu menebar debar di jantung Absalom.

Keduanya kemudian janjian bertemu di Makassar pada Kamis (7/7), sehari setelah Idulfitri. Siang-malam Absalom bekerja keras mencari uang, kebutuhan perjalanan jauh ke Makassar.

Pagi dia mengojek, siang membantu ayah menebang pohon di hutan, sore hingga malam ngojek lagi, demi melihat gadis impian yang terajut “salah sambung”.

Hari dinanti itu pun tiba. Saat umat Islam di Papua masih sibuk ziarah dan silaturahmi, Absalom sudah berbaring dalam kamar, membayangkan Ayu yang segera ditemuinya esok. Malam itu, Absalom pamit ke orangtuanya untuk ke Makassar. Dia cepat tidur, agar bisa bangun sedini hari mungkin. Dini hari, Kamis, Absalom sudah di bandara.

Dalam pesawat yang menerbangkannya ke bandara, Absalom terus membayangkan pertemuan seru dengan Ayu, senyum semakin sering menghiasi bibirnya.

Naik Pesawat

Perjalanan dari Papua ke Makassar terasa begitu lama bagi Absalom. Tiba di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar di Mandai, Maros, Absalom segera menghubungi Ayu.

“Saya sudah di bandara ini. Kamu di manakah? Saya sudah tidak sabar bertemu,” kata Absalom.

“Saya juga, hi...hi... dari tadi saya tunggu,” kata Ayu.

“Jadi saya ke mana ini?” kata Absalom.

“Kamu naik taksi saja, bilang mau ke Terminal Mallengkeri,” kata Ayu.

“Oke, saya segera pesan taksi. Sampai ketemu yah,” kata Absalom lalu buru-buru keluar dari ruang kedatangan bandara.

Dalam taksi Absalom terus menghubungi Ayu. Sekitar 45 menit kemudian, pukul 09.00 wita, taksi yang mengangkut Absalom tiba di Terminal Mallengkeri. Ayu segera menyambutnya.

Pandangan Absalom enggam berpaling dari wajah Ayu, wanita yang sudah sebulan hadir dalam angan.

“Kampungku jauh dari sini, Jeneponto namanya. Kita harus naik taksi lagi beberapa jam,” kata Ayu.
“Tidak apa-apa, ayo kita segera ke kampungmu,” kata Absalom.

“Tapi saya tidak bawa uang, habis buru-buru tadi ke sini,” kata Ayu.

“Tidak apa-apa, berapa sewa taksinya?” kata Absalom.

“Tidak banyakji, hanya sekitar Rp 200 ribu,” jawab Ayu.

Absalom segera merogoh kantong lalu menyerahkan uang Rp 200 ribu ke Ayu.

Pasar Turatea

Dalam perjalanan ke Jeneponto, Absalom sumringah di samping Ayu dalam taksi. Laju taksi dibiarkan berjalan pelan dari Terminal Mallengkeri ke Jeneponto.

Ayu bercerita tentang banyak hal, termasuk daerah yang mereka lalui. Sekitar pukul 16.00 wita, keduanya tiba di Jeneponto. 

“Kita ke pasar dulu sebelum ke rumah. Saya mau beli ikan untuk kita makan di rumah nanti,” kata Ayu.

Tiba di depan gerbang Pasar Turatea, Jl Pahlawan, Kecamatan Binamu, sekitar pukul 16.30 wita, Ayu minta uang pembeli ikan. Absalom menyerahkan uang Rp 300 ribu.

“Tungguma di sini, saya ke dalam dulu beli ikan,” kata Ayu.

Absalom mematung di pinggir jalan, depan pasar.

Kesetiaan Absalom tertantang. Berkali-kali dia menatap jam tangannya. Sore sudah berganti malam, Ayu tak kunjung datang.

Absalom tetap sabar menunggu. Malam semakin menggelap. Tubuh Absalom sudah diserang nyamuk. Dia tetap berusaha bersabar.

Waktu sudah menjelang tengah malam, pukul 23.00 wita, Ayu tak kunjung datang lagi.

Pasar sudah sepi. Absalom mulai “terjaga”. Dia sudah sadar telah tertipu cinta buta, benar-benar
“salah sambung”.

Lapor Polisi

Absalom bersama beberapa polisi
Sadar dirinya telah kena tipu, Absalom segera mencari pertolongan. Dia bingung mau mana.
Dari jauh dia lihat ada pos polisi. Absalom pun melangkah gontai ke Pos Ramadniya, depan Pasar Turatea.

“Saya kena tipu, Pak. Saya dari Papua,” kata Absalom, melapor ke pos polisi.

Polisi yang berjaga di Pos Ramadniya depan pasar Turatea tersebut langsung membawa Aspalom ke Mapolres Jeneponto, Jumat (8/7) dini hari.

Kapolsek Binamu AKP Abd Rahim menyambut Absalom.

"Dia dibawa oleh anggota yang berjaga di pos depan pasar Jumat kemarin karena mengaku ditipu," ujar Kanit SPKT Polres Jeneponto, Iptu H Munir, di depan ruang SPKT Polres Jeneponto, Jl Pelita, Kecamatan Binamu, Senin (11/7/).

"Sudah empat hari kita inapkan disini karena katanya belum dikirimi uang keluarganya untuk pulang," kata Munir menambahkan.

Absalom tak tahu kapan dia bisa pulang ke Papua. “Saya tunggu kiriman orangtua dulu,” katanya dengan pandangan sayu di Mapolres Jeneponto, kemarin.

0 Response to "Kisah Cinta Pria Papua Berunjuk Pada Penipuan"

Post a Comment