Aspirasi Tidak Didengar, For Bali Mulai Tunjukkan Aksi Anarkis

BALI-- Layaknya seorang guru, jika tidak didengar akan terus melayangka protes atau bahkan melempar anda dengan benda yang si Guru pegang. Seperti itulah, yang dirasakan masyarakat Bali yang tergabung dalam organisasi For Bali Tolak Reklamasi.

Karena aspirasinya tidak pernah didengar, maka mereka semakin mengadah-ngada. Seperti misalnya yang terjadi pada Kamis 25 Agustus 2016. Puluhan ribu masyarakat yang tergabung dalam For Bali mulai menunjukkan tindakan anarkir.


Mereka bahkan sempat menduduki, Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Bali (DPRD Bali) Selama dua jam. Sebab para wakil rakyat tidak ada di lokasi perkantoran mereka. Padahal, pemerintah adalah tempat For Bali mengadu.

Baca: Penghuni Kabur, Massa Ambil Alih Gedung DPRD Bali

Usai melakukan demonstrasi di Gedung DPRD Bali, Anggota For Bali menyebar kesejumlah jalan di Dempasar. Mereka melontarkan kekesalanya dengan membakar sejumlah ban di jalanan.

Akibat dari hal itu, sejumlah jalan di daerah Dempasar mengalami macet Total. Selain itu, sejumlah turis yang akan berkunjung ke Tanjung Benoa membatalkan keberangkatanya.

Hal ini dibenarkan oleh Ketua Yayasan Bali Bagus, Komang Gede Subudi, Sabtu 27 Agustus 2016 di Bali.

"Saya dapat telpon dari istri bahwa tamu (wisatawan asing) dari Kuta batal ke Tanjung setelah melihat banyak orang bakar ban," kata dia.


Baca: Ribuan Massa Serbu Gedung DPRD Bali

Seperti diketahui, Kamis 25 Agustus 2016, sebanyak 10 Ribu lebih masyarakat yang bergabung dalam For Bali kembali melangkan aksi protes terkait Reklamasi teluk Benoa Bali. Mereka meminta agar Izin Reklamasi segera di Cabut.

Jero Bendesa Buduk, IB Ketut Purbanegara mengatakan akan terus memperjuangkan Bali bali sampai akhir hayat. Dia menegaskan akan terus melakukan demo bersama dengan For Bali.

"Pasubayan desa adat tidak akan berhenti menolak reklamasi Teluk Benoa," tegas dia di depan DPRD Bali.

0 Response to "Aspirasi Tidak Didengar, For Bali Mulai Tunjukkan Aksi Anarkis"

Post a Comment