LOKKOLEDO-- Syiah memang selalu menjadi polemik di Indonesia. Setiap saat menjadi pertanyaan masyarakat apa tujuan utama dari gerakan tersebut? mungkin dengan membaca artikel ini bisa menjawab pertanyaan saudara.
Seperti diketahui gerakan Syiah sudah lama menghantui Indonesia. Tidak sadar bahwa masyarakat telah teralihkan oleh pergerakan media sosial yang telah menjadi sumber utama informasi. Banyak yang dapat dimanipulasi dari media tersebut, boleh dikata salah baca maka salah kapra.
Pergerakan Syiah, mulai mencuak setelah munculnya gerakan From Pembela Islam yang dipimpin oleh Muhammad Rizieq Shihab. Gerakan ini, awalnya membawah nama Islam. Dalam setiap kampanyenya serta demo FPI selalu membawah nama islam. Sehinggga gerakan ini sempat didukung oleh hampir semua umat islam di Indonesia.
Namun tak disangka FPI lama kelamaan, mala membuat kerusuhan di Indonesi. Banyak tindakan radikal yang dilakukan, mulai dari merampok, penganiayaan, hingga menggerebek semua usaha masyarakat karena dugaan haram. Hal demikian mungkin menjadi alasan Slaksmi dalam artikelnya "Kenapa Saya Anti FPI" mejadi marah.
Menurutnya "Saya jelas anti FPI karena kerjanya yang secara terus menerus melakukan kekerasan." Apakah kalau anti FPI berarti saya bukan Islam sejati? Ah, terlalu sempit kalau berkesimpulan secepat itu dan apa yang mendefinisikan kita Islam sejati atau tidak? Hubungan itu hanya diketahui oleh Tuhan dan kita sendiri. Apakah kalau anti FPI itu pasti bagian dari Jaringan Islam Liberal (JIL)? Ah, terlalu sempit juga kalau mikir seperti itu. Apakah kalau anti FPI itu pasti sama pandangan/sejajar/sepakat banget dengan Ahmadiyah dan Irshad Manji? Ah, nggak juga. Keyakinan itu kompleks dan tidak bisa hanya dibagi dua, kiri dan kanan. Apakah kalau anti pasar pasti berarti sosialis/komunis. Atau kalau bukan sosialis pasti berarti neo liberal. Terlalu gampang dan bodoh bila berpikir sesederhana itu karena kalau buat saya, I am none of the above. My believe is more complex than that." Demikian dalam postingannya.
Tindakan radikalisme FPI memang bukan main lagi, jika dilihat sejak lahirnya FPI dengan gerakan Syiah, kerukunan umat beragama di Indonesia memang hancur lebur, mulai dari konflik Bali Nuraga Antara Islam dan Umat Hindu, Bentrok Aceh Kristen dan umat islam, Hingga penolakan beberapa pembangunan rumah ibadah di Indonesia.
Tentunya jika kita lihat, yang menjadi penyebab utama dari kasus tersebut karena adanya FPI yang menjadi profokator. Banyak rumah ibadah kaum nasrani yang menjadi korban pembakaran propokator. Tentunya ini sangat bertentangan dengan pancasila.
Tidak heran jika, FPI ditolak di Aceh saat ingin menggelar tabligh akbar. ''Kalau tabligh akbar di daerah non muslim, wajar tidak diberi izin. Tapi ini di Nagan Raya, Aceh. Sudah keterlaluan ini namanya,'' kata Habib Rizieq dilansir dari Rakyat Aceh (Jawa Pos Group), Rabu (24/11).
Ini yang terus menjadi pertanyaan masyarakat. Syiah: Islam atau Teroris?
Namun kebanyakan masyarakat menganggap Syiah adalah gerakan teroris. Hal ini mengacu kepada penangkapan Ketua Front Pembela Islam Belopa Chandra dan seorang buronan jaringan teroris Poso, Adri alias Awi oleh Detasemen Khusus 88 Antiteror dan Kepolisian Resor Luwu, pada Senin, 25 Januari 2016.
"Penangkapan itu dipimpin Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Luwu dan anggota Densus. Keduanya adalah CH dan AD," kata Juru bicara Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan dan Barat Komisaris Besar Frans Barung Mangera.
Penangkapan Ketua Front Pembela Islam Belopa Chandra dan seorang buronan jaringan teroris Poso, Adri alias Awi oleh Detasemen Khusus 88 Antiteror |
Tentunya ini sudah tidak diragukan lagi bahwa FPI dengan gerakan Syiah adalah suatu organisasi yang sengajah dibentuk untuk menyeret negara indonesia agar seperti Irak, Libya atau Suriah. Demikian dikatakan oleh Nyahe Mawasi Nyahe Mawasi, Kamis 24 Maret 2016.
"Sudah bisa diduga ini kerjaan Wahabi yg mau menyeret negara kita seperti Irak, Libya atau Suriah. Di zaman Pemerintahan yg doeloe mungkin usaha ini bisa berhasil, tapi di Era Jokowi ini tidak mungkin kita sebagai orang Indonesia yg cerdas mau diadu domba sesama Umat Islam dan Kekayaan Alam kita dijarah seperti yg dialami Libya dan Irak. NKRI bukan Timur Tengah yg bisa diadu domba." tulis dia dalam akun Facebooknya.
Penangkapan dari Ketua FPI tersebut juga membuat Putra Abu Bakar Ba’asyir, Abdurrahim Ba’asyir untuk meminta pemerintah membubarkan Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri. Permintaan tersebut di lakukan dengan orasi turun langsung kelapangan memimpin demo pembubaran Densus 88, di depan Markas Polresta Solo, Jawa Tengah, Jumat, 18 Maret 2016.
"Aksi demo kali ini sengaja dipusatkan di markas Polresta Solo sebagai aspirasi sekaligus tuntutan pembubaran Densus 88. Ia juga ingin supaya aksi ini didengar oleh pimpinan Polri di Jakarta," kata Koordinator Misra, Abdurrahim, dalam kutipan terasbintang.
Hal tersebut pun ditanggapi, mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (UIN) Achmad Badrun. Menurutnya, sangat tidak elok bila seorang anak dari teroris seperti Ba’asyir memimpin demo pembubaran Densus yang notabene adalah satu-satunya pengaman masyarakat dari bahaya teroris.
“Nanti bakal muncul pertanyaan. Lu tuh demo mewakili siapa? atas nama nyawa yang melayang, umat Islam, atau jangan-jangan atas nama mbahmu?,” kata mahasiswa Fakultas Tarbiyah semester akhir ini.
Tanggapan tersebut dilontarkan atas dasar Abdurrahim Ba’asyir adalah putra Abu Bakar Ba’asyir, yang tak lain corong gerakan radikal Islam di Indonesia. Ia pernah ditangkap polisi karena dianggap telah melakukan makar terhadap Pancasila dan NKRI. Bahkan Perdana menteri Singapura Lee Kwan Yew pernah menyebut Solo sebagai sarang teroris, yang salah satu tokoh teroris yang dimaksud adalah Abu Bakar.
Mendengar beberapa penangkapan serta pembasmian beberapa anggota serta pimpinan Syiah tersebut, Ustadz Abu Muhammad Jibril dari Majelis Mujahidin Indonesia yang tak lain adalah penegak syariat Islam mengatakan orang yang Ikut Pancasila Akan Binasa. Hak ini dikarenakan dirinya menganggap asas Pancasila ditemukan dalam Kitab Talmud. Asas pertama, monotheisme diganti dengan Ketuhahan.
Kedua, Nasonalisme, berbangsa, berbahasa dan bertanah air satu tanah Yahudi. Kemanusiaan yang adil dan beradab bagi bangsa Yahudi. Kembali pada Pancasila, berarti kembali pada doktrin Yahudi. Padahal, Allah sudah menetapkan: Ikutilah jalan-Ku yang lurus, jangan ikuti jalan-jalan yang lain selain yang ditunjukkan oleh Al Qur’an.
“Jika kalian mengikuti jalan Pancasila, nasionalisme, liberalisme, komunisme, kalian pasti bercerai-berai dan akan binasa. Satu-satunya jalan yang menyelamatkan umat Islam adalah Al Qur'an, tiada yang lain,” ujarnya.
Demo Anti Syiah |
Tentunya, ini yang menjadi prolema besar bagi Umat Islam Indonesia. Akibanya, Pemerintah Arab Saudi mengambil langka baru untuk menyelamatkan Islam Indonesia dari Gerakan Syiah. Bantuan tersebut dilakukan dengan cara menpendanai kampanye anti-Syiah di Indonesia. Hal ini dibenarkan oleh Jalaluddin Rahmat, salah satu tokoh Syiah di Indonesia.
Kita terpaksa bukan menuding tapi menunjukkan di balik gerakan menghapus pluralisme dan toleransi itu ada petro dolar,” kata anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ini.
0 Response to "Arab Saudi Danai Indonesia Perangi Syiah, Abu Jibril: Yang Ikut Pancasila Binasa"
Post a Comment